(Humas Unjani) – Crisis Center Universitas Jenderal Achmad Yani melaksanakan kegiatan webinar pada Minggu (30/5/2021) pagi melalui aplikasi Zoom Meeting. Tema pada webinar kali ini yaitu ‘Pentingnya Vaksinasi Dalam Menghadapi Pembelajaran Offline’ dan acara juga dibuka dengan sambutan oleh Ketua Crisis Center Universitas Jenderal Achmad Yani, Dr. Vera Angliani Juwita, S.Psi., M.Psi. “Ingat selalu menerapkan 5M, batasi mobilitas, dan kalau tidak ada yang mendesak lebih baik di rumah saja. Tidak usah nongkrong-nongkrong.”, tegasnya.
Acara dilanjutkan dengan materi pertama yang disampaikan oleh Bapak Bimo A. Tedjo, Ph.D, Associate Professor, Department of Chemistry, Universiti Putra Malaysia. Menurutnya, sekolah tatap muka bisa saja dimulai tetapi dengan syarat vaksinasi dan protokol kesehatan. “Vaksin saja tidak cukup. Protokol kesehatan saja tidak cukup. Tetapi harus digabungkan antara vaksin dan protokol kesehatan.”, imbuhnya.
Selanjutnya, beliau berbicara tentang kesehatan terkait Covid-19 dan dikaitkan dengan vaksinasi, protokol kesehatan, dan dimulainya pembelajaran tatap muka. Juga menceritakan tentang kondisi Indonesia, Malaysia, dan negara-negara lain perihal Covid-19 dan perkembangan kasusnya hingga saat ini.
Di akhir presentasi, Bapak Bimo A. Tedjo, Ph.D menegaskan kembali, “Untuk pembukaan sekolah banyak sekali faktor yang harus kita perhitungkan. Yang pertama adalah cakupan vaksinasi dan yang kedua adalah protokol kesehatan. Dua hal ini adalah untuk bagaimana cara mengurangi resiko penularan yang akan terjadi. Tanpa adanya perencanaan dan strategi yang baik, maka teman-teman bisa lihat apa yang terjadi di Malaysia. Sekolah dibuka, kasus naik. Ini akan membuat kita kembali ke titik nol. Sama seperti Malaysia sekarang, terpaksa kembali ke lockdown seperti tahun lalu. Karena kita cukup ‘sembrono’ untuk membuka sekolah ketika pandemi belum berakhir.”
Setelah selesai, materi kedua disampaikan oleh Bapak Zein Permana, S.Psi., M.Si., yang merupakan dosen Fakultas Psikologi Universitas Jenderal Achmad Yani. Beliau menyampaikan materi tentang tema yang dikaitkan dari sisi psikologis. “Klaster pendidikan tidak menjadi kontributor utama karena sekolahnya masih tutup. Jadi berbeda dengan klaster-klaster lainnya, tetapi memang penularannya terbesar di klaster keluarga.”, imbuhnya.
Beliau membahas tentang apa yang telah diteliti dan ditemukan ketika pandemi terjadi khususnya dalam dunia pendidikan baik dari siswa dan mahasiswa. Setidaknya, terdapat tujuh poin dari hasil penelitiannya yaitu: otot pendek, mudah lelah, awkward facial expression, faking good/bad, fatigue self-exposure, short term memory loss, multi-tasker but less focus.
Selain itu, juga menjawab pertanyaan terkait dengan pembelajaran offline dan menurutnya tidak siap. “Apakah kita siap atau tidak untuk bisa mulai pembelajaran offline, jawabannya tidak ya. Melihat dari masih ketidak-mampuan kita, semua, salah satunya yang dipimpin oleh pemerintah untuk bisa mengendalikan Covid ini dan memang agak susah untuk melakukan 3T.”, tegasnya. Lalu menambahkan juga, “Keuntungannya apabila sudah offline, kita bisa menjadi contoh karena pendidikan itu proses membangun kebiasaan. Jadi contoh untuk membangun kebiasaan di rumah.”
Pada akhir pemaparan, beliau juga berpendapat bahwa yang paling penting diawali dengan vaksinasi dan mempersiapkan protokol kesehatan yang ketat untuk dapat melakukan pembelajaran offline.
Pemaparan materi berlangsung dengan interaktif antara pemateri dan peserta, sehingga kegiatan berjalan dengan menarik. Kegiatan ini diikuti oleh peserta yang berasal dari mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Jenderal Achmad Yani, fakultas lain, mahasiswa universitas lain dan juga masyarakat umum.
Sumber: CCU Unjani
Editor: Muhammad Ismail Mangkusubroto